PILIHAN DALAM CINTA

PILIHAN DALAM CINTA
(Oleh : Esi Sunny)

Siang ini tak secerah seperti hari biasanya, karena mendung telah menyampul awan. Sinar matahari pun tak mampu menembus sampul gelapnya serta tak mampu memberi kehangatan. Meskipun begitu, tak ada pengaruhnya bagi Andini untuk beraktivitas seperti biasanya. Andini, wanita yang dijuluki sebagai kembang kampus oleh teman-temannya karena ia memiliki wajah yang sangat cantik. Tapi sayangnya, ia memanfaatkan keadaan itu untuk kepentingan pribadinya. Seperti halnya untuk menggaet para cowok. Itulah yang membuat banyak cewek yang tidak suka dengan Andini. Meskipun demikian, Andini adalah seorang mahasiswi yang cerdas sehingga ia menjadi salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa.
"Hai Din, dicariin sama pacar kamu tuh," ujar Bella, sahabat Andini.
"Di mana?" tanya Andini dengan raut muka yang penasaran.
Andini berlari begitu tergesa-gesa, ia ingin segera bertemu dengan pacarnya. Namun dari arah berlawanan, saat Andini akan belok. Tiba-tiba ia menabrak Aditya yang saat itu sedang berdiri di depan mading.
Brak!!
"Ups, sorry" ujar Andini yang langsung berlalu pergi.
Aditya hanya diam, ia masih terkesima oleh kecantikan Andini. Ada getaran yang aneh saat ia melihat wajah Andini. Memang bukan pertama kali Aditya melihat Andini, jauh dari itu Aditya memang sudah sering melihatnya. Tapi, baru kali ini ia melihat wajah cantik itu dengan sangat dekat. Namun sayang wajah cantik itu berlalu begitu cepat.
"Hai bro, sedang apa kamu di sini?" dari arah belakang Dimas menepuk pundak Aditya.
"Huh! Kamu bikin kaget saja. Nih lagi lihat mading, ternyata sudah banyak yang edisi lama dan tak menarik. "
"Lihat mading kok menghadapnya ke situ?"
"Ya ... ya barang kali saja dapat inspirasi untuk tulisan di madding."
"Itu mah gampang, entar saja. Ayo ke kantin! Aku laper nih, tenang saja jangan pikirkan masalah uang di tanggal tua begini. Nanti biar aku yang tlaktir"
Mereka berdua pun pergi kekantin. Setelah sampai, Dimas memesan makanan. sedangkan Aditya sudah duduk di tempat biasanya. Pandangan Aditya menjelajah kesemua sudut, tapi penjelajahan itu berhenti. Ketika ia melihat seorang perempuan dan laki-laki yang sedang duduk di kursi yang sedikit jauh darinya. Aditya jelas sangat kenal dengan perempuan itu, dia yang telah menabraknya tadi. Gadis cantik yang dipuji oleh setia laki-laki di kampus ini. Tapi keindahan wajahnya tak seindah saat melihatnya lebih dekat. Bisakah aku memilikinya, ah! rasanya tidak. Aditya bergumam dalam hati. Sedang matanya tak berhenti memandangnya. Dimas yang berjalan membawa makanan, awalnya merasa heran dengan Aditya. Namun ia sadar bahwa temannya sedang jatuh cinta, jatuh cinta pada gadis yang sekarang dipandangnya, gadis cantik yang menjadi incaran setiap laki-laki. Meski sekarang gadis itu sudah mempunyai kekasih, tetapi para laki-laki tak lelah mendekatinya. Sebelum janur kuning melengkung, selama itu pula kesempatan masih ada. Mungkin itu pribahasa yang dipakai para lelaki itu, untuk bisa mendapatkan hati Andini.
"Nih makanannya!" Dimas meletakan makanannya di atas meja.
" Terimakasih" ucap Aditya yang sedikit terperanjat.
"Kamu sedang memandang Andini, Dit?"
"Tidak, mengapa kamu bisa berkata seperti itu?" Aditya berusaha menyangkalnya .
"Ah, yang bener. Aku lihat ada sinar cinta di matamu saat memandang tadi"
"Sok tau kamu, dari pada bahas itu mending makan aja. Keburu makanannya dingin" Aditya mencoba mengalihkan pembicaraan
Saat mereka berdua sedang makan, seseorang mendekatinya.
"Bolehkah saya duduk di sini?"
"Eh Sinta, boleh silahkan saja" Dimas pun membersihkan kursi yang akan di duduki Sinta.
Aditya hanya tersenyum dan melanjutkan makannya. Di sisi lain Sinta tak henti mencuri-curi pandang ke wajah Aditya. Dimas yang tau hal itu langsung mendehem.
"Ehem, Ehem ... "
"Kenapa kamu, bro?"
"Tidak apa-apa, cuma tersendat doank"
"Kalau makan tuh pelan-pelan, mentang-mentang laper kaya orang kesurupan gitu."

“Hahaha …, “
Mereka tertawa terbahak-bahak tak terkecuali dengan Sinta. Namun Dimas tahu bahwa Sinta menpunyai rasa terhadap Aditya. Ditengah tawa mereka dua wanita datang menghampiri.
"Kayanya seru nich, boleh kami ikut gabung?" dua teman sekelas mereka datang menghampiri.
“Boleh, boleh, sini biar tambah seru" jawab Dimas
Benar saja, ternyata suasana tambah rame. Begitu asyik mereka mengobrol, hingga lupa bentar lagi jam kuliah akan dimulai. Langkah demi langkah mereka mulai meninggalkan kantin, satu persatu tubuh mereka hilang dari pandangan.
***
Para mahasiswa berlalu lalang meninggalkan kampus. Mayoritas dari mereka membawa mobil. Kendati demikian tak sedikit pula yang memakai kendaraan umum. Sama halnya dengan Aditya yang setiap harinya memakai kendaraan umum atau berjalan kaki. Karna begitu jika Aditya mendapat kelas siang ia tidak pernah langsung pulang, ia shalat dimasjid yang ada didalam kampus. Karna jika langsung pulang dia takut sampai rumah sudah masuk waktu isya. Hingga ia harus meninggalkan shalat maghrib. Aditya berjalan menuju arah masjid, beberapa menit kemudian ia sampai dimasjid . Didalam masjid sudah banyak orang yang berkumpul, dari kalangan mahasiswa dan juga dosen. Karena hari ini jadwalnya pengajian umum, dipimpin oleh K.H Anwarrudin. Yang Ternyata sudah dimulai dari tadi. Aditya langsung duduk di tempat laki-laki dan menyimaknya dengan teliti.
"Orang Zaman sekarang, sudah mulai mengikuti gaya orang barat. Yang sering bergonta ganti pasangan. Dengan berbagai macam alasan, seperti halnya tidak cocok, berbeda pendapat, sudah bosen dan lain sebagainya. Sebenarnya alasan mereka masih kurang logis. Mengapa kita menganggap tidak cocok? Apakah menurut kita Tuhan telah salah memilihkan jodoh buat kita? Ingat Tuhan itu Maha Adil, hanya kita saja yang masih belum bisa menerima jodoh yang telah diberikan Tuhan untuk kita. Dan perbedaan pendapat, itu merupakan hal yang wajar. Setiap orang memiliki sudut pandang masing-masing. Jika kita tidak bisa menangkap sudut pandang itu dengan baik, bukan hanya dengan pasangan kita dengan semua orang pun kita akan merasa jengkel. Jika sudut pandang itu baik, mengapa tak kita ikuti. Dan jika sudut pandang itu buruk, cobalah kita meluruskannya dengan bahasa yang sopan dan memberikan sudut pandang yg baik. Dan satu hal lagi, rasa bosen, malas, jenuh dan sejenisnya. Itu sudah merupakan penyakit yg semua manusia memilikinya, meski dengan hal yang berbeda. Semua orang pasti pernah merasakannya, tergantung bagaimana kita menanggapinya. Jika kita terlalu menikmati penyakit itu, melakukan hal tanpa memikirkannya dahulu ( sembrono) hingga melupakan hal-hal yang positif yang sebenarnya bisa kita lakukan dan tidak mensyukuri, bukan hal yang tidak mungkin lagi. Bila sesuatu yang buruk akan terjadi pada hidup kita. Naudzubillahi min dzalik. Coba kita telaah kembali firman Allah Bahwa wanita baik untuk laki-laki yang baik, begitu juga sebaliknya. Kita semua pasti ingin memiliki pasangan yg baik. Mencari-cari kesana kemari putus nyambung tidak karuan. Itu kebanyakan yg orang lakukan, ingin mencari yg baik tapi dianya sendiri melupakan bahwa dirinya masih kurang baik. Jadi mulai sekarang tidak usah terlalu dipersibukkan dengan mencari pasangan dengan cara bergonta-ganti pasangan dengan alasan karna sedang memilih yang cocok. Cukup kita dipersibukkan dengan memperbaiki diri kita. Insya allah, Allah pun akan memberi kita jodoh yang baik. Karna sebentar lagi sudah maghrib, untuk pengajian hari ini saya cukupkan sampai disini. Jika ada kata-kata yang salah atau kurang berkenan saya mohon maaf. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu. " K.H Anwarrudin menyelesaikan tausiyahnya
"Wa'alaikumsalam" bebarengan orang-orang menjawab
Aditya duduk menunggu waktu maghrib, di pikirannya sekarang hanya ada kata-kata yang di dengarnya tadi. Tiba-tiba saja gambaran wajah Andini masuk ke alam pikirannya. Dia mungkin memang mencintai Andini, tapi ia merasa tidak pantas untuk Andini yang dari kalangan orang yang berada. Dia merasa masih kurang baik untuk menjadi seorang manusia. Kata-kata tadi yang ia dengar memberikan prinsip baru dalam pikirannya. Ya, untuk menjadi yang lebih baik lagi. Masalah jodoh, dia serahkan pada Allah. Bukan karena ia tak mau usaha, tapi bila Allah sudah mendekatkan dengan jodohnya. Maka ia akan berusaha, untuk menyambut jodoh itu dengan baik. Shalat maghrib telah selesai dilaksanakan, kini Aditya pulang dengan berjalan kaki. Dari arah belakang terdengar suara klakson mobil. Kaca mobil terbuka, terlihat Dimas sedang mengendarainya.
"Mau pulang, Dit?"
"Iya, Dim"
"ayo biar aku antar"
"Apa tidak ngerepotin?"
"Iya gak lah"
Kemudian mobil yang dikendarai Dimas membawa Aditya pergi. Dua sahabat itu memang sudah sangat mengenal. Tapi kali ini, keduanya saling berdiam. Aditya begitu sangat khusu melamun, sedang Dimas begitu khusu menyetir mobilnya. Namun pertanyaan-pertanyaan dalam hati Aditya, sudah tak bisa dibendung. Akhirnya Aditya pun membuncahkan pertanyaannya.


"Bagaimana pendapatmu tentang aku, yang sepertinya sedang jatuh cinta pada Andini?" tanya Aditya
Dimas tersenyum, karena ia sudah lebih dulu tau bahwa sahabatnya itu sedang jatuh cinta.
"Menurutku itu wajar"
"Apa yang membuatmu berfikir demikian?" Aditya masih tak mengerti dengan jawaban yang diberikan oleh Dimas.
"Begini, Andini adalah perempuan yg sangat cantik dan juga pintar. Jadi wajar kalau banyak orang mencintainya yah termasuk kamu"
"Begitukah? Tapi apakah pantas dia denganku?"
"Yah jelaslah, kamu tampan dan juga pintar. Cocok dengan Andini. Dia kembang kamu kumbangnya."
"Apa, aku tampan?! Perasaan biasa saja"
"Kamu ini masih belum sadar juga. Kamu memang tampan, buktinya banyak perempuan yang mendekati kamu. Terutama yah Sinta. Kadang aku juga iri padamu"
"Oh, begitu ya?. Aku baru tau, hehehe"
"Ih dasar kamu tuh. Aku akuin … dalam ilmu pengetahuan kamu memang top deh. Tapi dalam masalah yang sepele gini, haduh kamu nilainya nol besar. Hahaha"
"Tapi tunggu dulu ada satu hal yang kamu lupa"
"Apa itu?" mendadak tawa Dimas berhenti dan berganti dengan penuh keheranan
"Kamu melupakan bahwa Andini adalah orang kaya, sedang aku hanya orang yang tak punya. Mana mungkin dia mau denganku?"
"Ah, itu mah gampang. Selagi kita punya ilmu dan mau berusaha, harta akan mengikuti"
"Memang, tapi …, "
"Oh ya, aku dengar ada seleksi untuk beasiswa S2 keluar negeri. Kamu coba ikut aja, kesempatan ini bagus loh."
"Benarkah? Pada siapa pendaftarannya?"
"Katanya sih pada Pak Iwan, coba aja besok kamu temui."
“Baiklah. Terima kasih atas informasinya, kamu memang benar-benar sahabat sejatiku.” Aditya terlihat sangat gembira.
“Ah, lebay kamu, hahaha …”
Aditya merasa sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Dimas yang selalu ada baik suka maupun duka. Sepanjang perjalanan mereka bicara panjang lebar, yang awal tadi membahas tentang Andini yang kemudian berlanjut ke masa lalu mereka yang sangat konyol. Hingga tak terasa mereka sudah sampai tujuan.
"Terimakasih, Dim."
"Sama-sama bro"
Mobil Dimas pergi meninggalkan halaman Aditya. Aditya hilang di balik pintu. Aditya yang merasa belum shalat Isya pun mengambil air wudhu untuk shalat.
Saat akan tidur , Aditya masih memikirkannya. Apakah benar apa yang dikatakan Dimas, bahwa aku pantas dengan Andini. Yang dikatakan Dimas itu membuat aku bingung, ah sudahlah. Ingat kata pak Anwar tadi, jodoh tidak bakalan kemana. Yang penting kita bisa menjadikan diri lebih baik. Mungkin rasa cinta yang aku miliki terhadap Andini hanyalah semu. Hati Aditya terus saja berbica pada dirinya sendiri, sampai Aditya terlelap dalam mimpi.
Keesokan harinya Aditya pergi ke ruangan Pak Iwan. Saat ia membuka pintu ruangan itu, ia berpapasan dengan Andini. Ternyata kini Aditya bertemu dengan wajah cantik itu lagi, mungkin Andini juga mendaftar untuk ikut seleksi beasiswa itu. Pikirnya dalam hati.
"Permisi, Pak. Apakah benar pendaftaran seleksi beasiswa S2 itu di sini?"
"Iya benar, silahkan duduk"
Aditya duduk di kursi yang sudah disediakan, Pak Iwan menjelaskan persarat dalam seleksi tersebut yang akan dilaksanakan 2 hari lagi. Setelah sudah jelas Aditya permisi untuk keluar yang kemudian langsung menyipkan persyaratan yang akan diperlukannya. Aditya pun sekarang lebih sering menghabiskan waktunya diperpustakaan. Untuk mempersiapkan diri mengikuti seleksi. Begitu juga dengan Andini yang melakukan hal yang sama. Hari itu pun tiba. Aditya sudah matang-matang mempersiapkannya.
"Semoga sukses bro."
"Minta doanya ya, Dim!"
"Tenang aja, bro. Aku siap mendoakanmu, sana masuk."
Aditya masuk ked alam ruangan yang menjadi tempat ujian seleksi. Di sana sudah banyak mahasiswa yang ikut serta dalam seleksi itu, termasuk Andini yang saat itu duduk didisamping Aditya. 15 menit kemudian seseorang masuk, tanda ujian seleksi sudah dimulai.
Satu jam telah berlalu, ujian seleksi sudah selesai. Tinggal nunggu giliran untuk presentasi saja. Setelah semua sudah presentasi, pengawas memberitahu bahwa pengumumannya lusa.

Jantung Aditya merasa dag dig dug. Menunggu pengumuman itu, karena pesaingnya begitu sangat pintar-pintar apalagi Andini. Namun, saat melihat pengumuman yang tertera dimading ia sangat senang karena ia lolos seleksi. Meski hujan dan mendung telah menggelapkan alam, hatinya bak mentari yang bersinar di pagi hari. Begitu sangat terang dan menghangatkan. Setelah itu ia langsung mencari nama Andini, ternyata gadis itu tidak lolos. Ada perasaan sedih didalam hatinya. Ia melangkahkan kakinya untuk pergi menemui Dimas, tapi karena hujan membuat ia hanya berharap hujan akan cepat reda..
"Apakah butuh payung?" Andini menyodorkan payung kepada Aditya .
"Oh, tidak usah. " Aditya serasa bermimpi, karena Andini telah menyapanya.
"Aku kira butuh payung … selamat ya."
"Selamat untuk apa"
"Karena kamu lolos seleksi beasiswa itu"
"Iya, makasih"
"Oh ya aku juga minta maaf, waktu itu menabrak kamu"
"Gak apa-apa lagi, aku juga salah karena berdiri di jalanan"
"Sukurlah kalau kamu gak marah. Maaf, aku mau pergi dulu karena ada urusan.
Andini pergi meninggalkan senyuman dalam mata Aditya. Senyumannya serasa senyuman yang paling indah yang pernah Aditya lihat, matanya memancarkan binar-binar cinta.
Jantung Aditya seakan ingin terlepas. Astaghfirullah, aku lupa bahwa sekarang bukan saatnya memikirkan itu. Aku harus lebih serius lagi dalam mencari ilmu pengetahuan, mumpung ada kesempatan tak boleh meninggalkannya. Ucap Aditya.
Karena payung itulah Andini jadi dekat dengan Aditya. Awalnya hanya mengembalikan payung, tapi karena sering mengobrol, serta memiliki pengetahuan yang sama-sama luas, membuat obrolan mereka tak ada hentinya. Ada saja yang diobrolkan. Kedekatan mereka itulah yang membuat hubungan Andini dengan pacarnya renggang sampai pada akhirnya putus. Kedekatan mereka juga membuat para laki-laki dan wanita iri terhadap mereka. Aditya pun sering mendapat ancaman-ancaman dari orang-orang yang menyukai Andini, tapi Aditya mau berbuat apa lagi. Meski dia mencoba menjauhi Andini tetap saja Andini selalu mendekatinya.
Pulang dari kampus Andini mengajak Aditya untuk makan bersama. Aditya tak bisa menolaknya. Meski dia merasa ada yang aneh pada Andini
"Mas, nasi gorengnya dua" Andini memesan makanan pada pedagang kantin
"Dit, ada pertanyaan yang ingin aku sampaikan padamu."
"Sampaikan saja jika pertanyaan itu memang membuat kamu bingung"
"Apa yang kamu rasakan saat denganku?"
Pertanyaan Andini membuat Aditya kebingungan menjawabnya. Entah dari kata mana Aditya harus memulai menjawab.
“Aku bingung untuk memulai jawaban itu."  jawab Aditya dengan nada ragu.
"Mengapa kamu harus bingung?"
"Ada perasaan yang aneh saat bersamamu. Maaf jika kata-kata ku ini salah"
"Aku pun demikian, menurutku itu tak salah."
"Apakah memang benar begitu?"
"Iya, tapi ada yang aku takutkan"
"Apa? Apakah karena status kita yang bagaikan langit dan bumi?"
"Bukan, tapi … rasa rindu, mampukah aku mampu menahan rasa rindu itu. Saat aku harus jauh darimu yang nantinya akan melanjutkan S2 di luar negeri."
"Yakinlah, Tuhan tidak pernah menjauhkan kita dari jodoh kita. Saat ia jauh atau ia tidak akrab dengan kita, bukan berarti dia bukan jodoh kita bukan."
"Kamu benar. Rindu itu hanyalah ujian kesabaran untuk kita. Kapan kamu akan berangkat"
"Insya Allah 3 hari lagi"
Mereka berhenti mengobrol, kini tinggal menyantap nasi goreng yang dari tadi telah tertunda.
Perpisahan yang ditakutkan itu, kini terjadi. Memang tak selamanya kita akan selalu bersama dengan seseorang, ada saatnya ia pergi. Karena itu sudah menjadi siklus hidup. Perasaan Andini berkecamuk melihat Aditya pergi jauh darinya. Tapi tak mungkin juga Andini melarangnya pergi. Biarlah rindu itu bersemayam dalam hatinya.
Satu tahun sudah Andini tak bertemu dengan Aditya. Mengapa Aditya begitu lama pergi.
Oh, Musim kemarau
Mengapa engkau terlalu lama hadir dikehidupanku
Panasnya mentari sudah membuat warna hidupku memudar.
Apakah engkau begitu senang
Melihat ku terbakar dalam rindu
Oh Tuhan, cepat gantilah
Musim kemarau ini dengan hujan yg begitu deras.
Agar bunga-bunga dalam hatiku bermekaran kembali.

Andini menuangkan perasaannya dalam sebuah puisi. Ia sudah tak kuat lagi menahan rindu.
Kini dua tahun silam berlalu. Aditya pulang dengan rasa bahagia. Setelah Aditya melepas rindu dgn orang tuanya, kini ia pergi menemui Andini di tempat yang sudah ditentukan dulu. Ketika Aditya duduk, gadis berjilbab panjang itu mendekatinya. Dan memberikan sebuah surat padanya.
Oh rindu, hari ini telah hilang dalam wujud dirimu yang telah pulang. Namun sayang, aku tak bisa melepas rindu itu. Karena aku sudah terikat dalam ikatan yang sangat suci. Namun sebagai pengganti diriku, kukirimkan malaikat dari surga untukmu. Yang jauh lebih dan lebih pantas dariku. Dia sangat mencintaimu, mungkin kau tak tau dengan hal itu. Tapi aku yakin, kau mengenalnya dan akan langsung jatuh cinta padanya. Dia sekarang ada di hadapanmu.

Aditya melihat gadis yang membawa surat itu, ia sangat cantik, wajahnya bersinar seakan ada cahaya dari balik wajahnya. Bak bidadari yang telah turun ke bumi untuk bertemu dengannya.

Benar saja perasaan yang sangat luar biasa, yang tidak pernah ia rasakan saat bertemu dengan Andini. Perasaan itu begitu besar masuk dalam hati Aditya. Aditya merasa aneh,
"Siapakah engkau gerangan?"
"Kamu tidak mengenalku?"
"Ya, aku sama sekali tidak mengenalmu."
"Aku Sinta, temanmu dulu."
"Apakah benar kau sinta, aku tak percaya dengan ini."
"Mungkin perubahanku yang membuatmu tak mengenaliku"
"Mungkin memang begitu"

Meskipun mereka sudah kenal tapi kini mereka ingin bertaaruf kembali, sebelum ikrar suci mereka di hadapan Tuhan terucapkan. Saat akhlak kita baik maka Allah juga memilih jodoh kita yang baik pula. Seperti yang terjadi dengan Aditya, Allah telah mengganti bidadari yang cantik itu, dengan bidadari yang sangat mulia. 


IM, 29 Desember 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEPADA DIA; MAULA